Hujan turun dengan derasnya membasahi bumi yang renta ini, mungkin hari ini dewa hujan begitu bahagia hingga dia menurunkan hujan dengan penuh semangat. Hari terasa begitu dingin, tangan dan kakiku sudah tidak bisa merasakan kehangatan siangnya hari, tapi walau angin-angin dingin telah menyelinap dibalik tulang-tulang rusukku tapi hatiku tetap terasa hangat dan damai, itu karna dia orang yang begitu aku sayang berada disisiku.
"kamu kedinginan ?"
"aku tidak apa-apa" Jawabku sambil memberikan senyum penuh keyakinan, walau sebenarnya rasa dingin itu telah membuat bibirku mmbeku.
"kamu bohong, sini aku hangatkan" Dia mengambil kedua tanganku dan memberikan hawa panas dari mulutnya sambil menggosok-gosokan kedua tangannya di setiap punggung tanganku. "apa sudah terasa hangat ?"
Aku tersenyum sambil menatap matanya lebih dalam, dalam hatiku aku sangat berterima kasih pada tuhan karna telah memberikanku sosok laki-laki yang mampu membuat hatiku terasa nyaman dan damai.
KriiiiiiK..... KriiiiiK..... KriiiiiK........
"Luci... ayo bangun, katanya kamu ada kelas pagi ini"
"Jam berapa sekarang ma ?" Sembari menarik selimutku kembali menutupi kepala
"Sudah jam tujuh, lewat seperampat pula" Mama melangkah pergi setelah mengambil pakaian kotor yang terletah dibelakang pintu kamar.
"APA ?? Kenapa mama nggak bangunin aku lebih awal ?" Dengan sigap aku langsung melayang menuju kamar mandi dan bersiap-siap sambil membayangkan hal-hal buruk tentang apa yang akan terjadi bila aku telat masuk kelas pagi ini.
Luciana Afdanita, umur 20 tahun sedang menjalankan studi sebuah unversitas negeri jogja jurusan Sastra Inggris semester 7 tahun ke empat dan aku merupakan gadis yang tidak menarik, itulah menurut pendapat diriku sendiri. Tak ada yang dapat aku banggakan dari diriku sendiri, aku tidak cantik, tidak pintar, tidak pandai berbicara, berpenampilan biasa saja yang jelas dengan ada maupun tidak adanya diriku takan berpengaruh oleh orang-orang sekitarku. Hanya itu yang ada dibenakku tentang diriku sendiri, tapi semua berubah sejak dia hadir dalam kehidupanku.
"Gimana kabar km hari ini ?" Sapa seorang teman baikku di kelas.
"Seperti biasa, nggak ada yang berubah" Jawabku datar sambil duduk dibangku sebelahnya.
"Tadi malam km masi memimpikan laki-laki itu ?" Tanya Caca dengan sinis.
"Mm... gitulah" aku menjawab dengan senyum yang dibuat-buat.
"Ayolah Luciana Afdanita, kapan km mau ngelupain laki-laki itu ini udah 2 tahun lebih lo?"
"Ya mau gimana lagi, aku sudah berusaha sebisanya" Jawabku kembali datar.
Beginilah hidupku, tak ada yang istimewa dan tak ada yang special semua berjalan sewajarnya saja. Semua bermula sejak aku masuk universitas 3 tahun lebih yang lalu, aku bertemu seorang teman laki-laki sebaya denganku di tempat yang sama ketika aku sedang melaksanakan ospek, dia juga salah satu mahasisa baru dijurusan yang sama denganku. Awalnya tidak ada yang spesial dari dirinya karna aku hanya menganggapnya sebagai teman seperti halnya temanku yang lain, tapi setelah aku mengenal dirinya lebih dekat aku merasakan kenyamanan dan damai dihatiku saat bersamanya. Karena itulah aku menerimanya sebagai pacarku.
Bukan yang pertama kali buat aku pacaran, dulu selama SMA aku sudah pernah pacaran beberapa kali, tapi ntah kenapa saat aku pacaran dengan dia aku merasa berbeda. Setiap saat dan setiap aku melihatnya aku merasa aku selalu jatuh cinta padanya, aku tak bisa memungkiri bahwa setiap aku bertemu dengannya senyum selalu menghiasi bibirku walaupun kami lagi bertengkar, dan setiap aku menemukan hal yang baru tentang dirinya ( hal baik ataupun hal buruk ) membuat aku semakin menyayanginya dan tak ada satu alasanpun buatku untuk meninggalkan dirinya. Mungkin dialah cinta pertamaku.
Setelah beberapa bulan masa kami pacaran dengan damai dan sedikit perbedaan, aku menerima kabar yang paling mengiris-iris hatiku, dia meninggalkanku dengan alasan yang tidak bisa aku terima dan hanya menyampaikannya dengan sepucuk surat yang dititipkan dengan sahabatku caca. Semenjak hari itu aku tidak ada berhubungan dengannya lagi, walau kami sering bertemu secara tidak segaja dikampus, aku maupun dia menganggap kami tak saling kenal, dan akupun bersyukur saat mendengar kabar kalau dia akan mengikuti program pertukaran mahasiswa keluar negeri selama 2 tahun.
"Ci udah denger kabar nggak ??" Tiba-tiba caca datang menghampiriku yang lagi sibuk membaca di perpustakaan.
"Kabar apa ?" aku bertanya tanpa melepas pandanganku dari buku yang dari tadi aku baca.
"Itu looo, si ituuu"
"Siapa sih ca, klo nggak penting nggak usah dibahas deh, ak lagi belajar nie" aku langsung memotong pembicaraan caca yang dari tadi hanya bertele-tele.
"Duuh km sensi banget sih sekarang ci" jawab caca sambil memperlihatkan expresi manyunnya yang cukup membuatku tersenyum. Dan pada akhirnya caca memelukku dan membisikan ketelingaku "Hari ini Jovy pulang lo" dan akupun termenung.
Aku tak bisa memungkiri kalau aku begitu senang mendengar kabar bahwasanya Jovy akan kembali ke indonesia, ntah sudah berapa banyak rasa rindu yang aku simpan untuknya. Tapi kabar ini juga membuat hatiku gusar, karna sampai detik ini perasaanku padanya sama sekali tidak berubah, bahkan untuk menganggapnya sebagai teman biasa diriku tidak bisa. Jadi setelah jovy kembali aku hanya bisa memandangnya dari jauh dan masi bersikap layaknya orang yang tidak pernah saling mengenal.
"Hai ci lagi ngeliatin siapa km ??" tiba-tiba saja caca datang menghampiriku yang sedang melamun dibangku taman.
"Eh.. ca, kapan datang ?" Jawabku ling-lung.
"Walah, orang nanya kok malah balik nanya neng" tegur caca, dan dia langsung memandang lurus ke arah pandanganku tadi "Ooo... Jovy toh, pantesan" dan akhirnya caca menggodaku.
"huh.. biasa aja ca" Jawabku datar dan langsung mulai membaca buku yang ada ditangan.
"Apanya yang biasa ci ? jelas-jelas km masi punya perasaan sama tu cowok. kenapa pas dia minta putus km nggak nolak aja seh ci ?"
"Ak cuma mau menghargai keputusannya ca, toh dia pasti punya pertimbangan-pertimbangannya sendiri"
"Trus kapan km mau menghargai perasaan km sendiri ci ?? Liat aku !!" Tiba-tiba caca mengarahkan pandanganku padanya dengan tangannya "Kamu masi sayang banget kan sama jovy ? jawab !!"
"Nggak ca, itu semua udah jadi masa lalu" aku melepaskan tangan caca. "mungkin masa depanku bukan bersama dia" dan akupun kembali membaca buku.
"Tapi masa lalu bisa jadi masa depan lo ca" Aku tidak mengomentari perkataan caca "Tapi itu terserah km lah ca. Menurut ak, klo km mau lebih sedikit berusaha pasti km bisa mendapatkan first love km lagi" Caca langsung berlalu pergi meninggalakanku sendiri dibangku taman.
Sore ini aku pulang telambat karna harus mengerjakan tugas diperpustakaan, sedangkan caca lebih memilih untuk membeli buku dan mengerjakannya dirumah, ternyata nasipku sore ini jelek, ketika aku akan pulang tiba-tiba saja hari hujan sedangkan aku lupa membawa payung, jadi aku berteduh di halte bis sembari menunggu angkot menuju kosanku. Tidak banyak orang disana, hanya aku dan seorang ibu-ibu penjual goreng, tapi tiba-tiba sebuah motor berhenti dan pengendaranya berteduh di halte yang sama. Astaga jantungku berdebar kencang, ternyata laki-laki itu adalah jovy, aku tau setelah dia membuka helmnya, dan dia tanpa sengaja berdiri tak jauh disebelahku.
Hening suasana disini, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. sesekali aku melihatnya tapi aku langsung memalingkan wajahku ketika dia mulai melihatku, dan pada akhirnya aku tertunduk lesu.
"Bagaimana kabar km ??" Akhirnya aku meberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Eh iya kabar ak baik kok, kamu sendiri ?" Aku bisa melihat kalau jovy terkejut dan sempat salah tingkah.
"Baik juga" Jawabku singkat.
Setelah itu suasan disana kembali hening, yang terdengar hanyalah rintikan hujan yang mulai membasahi tubuhku karna angin yang berhembus kencang.
"Kamu kedinginan ?" jovy bertanya dan menatapku dengan tatapannya yang membuat hatiku meleleh.
"Mmm.... nggak, aku nggak apa-apa kok" Aku salah tingkah dan langsung mebersihkan percikan-percikan air yang membasahi bajuku. Tiba-tiba saja dia langsung mengambil kedua tanganku dan memberikan hawa panas dari mulutnya sembari menggosok-gosok tanganku, aku termenung dan semua kenangan bahagia kami mulai membayang-banyangin kepalaku.
"Kamu nggak pernah berubah ya, selalu aja bohongin diri sendiri" perkataan jovy membuat lamunanku buyar.
"kamu juga nggak banyak berubah" aku menarik kembali tanganku yang tadinya ada digenggaman jovy.
"iyah aku nggak pernah berubah, begitu juga perasaanku ke kamu ci" Jovy menatapku dan sekali lagi aku termenung setelah mendengar pengakuan jovy "tapi sepertinya perasaanku sia-sia, km sudah tidak memiliki perasaan yang sama denganku" Kepala jovy tertunduk dan dia membalikan badannya dan melangkah menjauh dariku.
"Aku juga masi sayang sama kamu" kata-kataku menghentikan langkah jovy, dan aku memeluknya dari belakang "km jangan pergi lagi ya"
"Aku nggak akan pernah pergi lagi sayang" Dia membalikan badannya dan membalas pelukanku.
"kamu kedinginan ?"
"aku tidak apa-apa" Jawabku sambil memberikan senyum penuh keyakinan, walau sebenarnya rasa dingin itu telah membuat bibirku mmbeku.
"kamu bohong, sini aku hangatkan" Dia mengambil kedua tanganku dan memberikan hawa panas dari mulutnya sambil menggosok-gosokan kedua tangannya di setiap punggung tanganku. "apa sudah terasa hangat ?"
Aku tersenyum sambil menatap matanya lebih dalam, dalam hatiku aku sangat berterima kasih pada tuhan karna telah memberikanku sosok laki-laki yang mampu membuat hatiku terasa nyaman dan damai.
KriiiiiiK..... KriiiiiK..... KriiiiiK........
"Luci... ayo bangun, katanya kamu ada kelas pagi ini"
"Jam berapa sekarang ma ?" Sembari menarik selimutku kembali menutupi kepala
"Sudah jam tujuh, lewat seperampat pula" Mama melangkah pergi setelah mengambil pakaian kotor yang terletah dibelakang pintu kamar.
"APA ?? Kenapa mama nggak bangunin aku lebih awal ?" Dengan sigap aku langsung melayang menuju kamar mandi dan bersiap-siap sambil membayangkan hal-hal buruk tentang apa yang akan terjadi bila aku telat masuk kelas pagi ini.
Luciana Afdanita, umur 20 tahun sedang menjalankan studi sebuah unversitas negeri jogja jurusan Sastra Inggris semester 7 tahun ke empat dan aku merupakan gadis yang tidak menarik, itulah menurut pendapat diriku sendiri. Tak ada yang dapat aku banggakan dari diriku sendiri, aku tidak cantik, tidak pintar, tidak pandai berbicara, berpenampilan biasa saja yang jelas dengan ada maupun tidak adanya diriku takan berpengaruh oleh orang-orang sekitarku. Hanya itu yang ada dibenakku tentang diriku sendiri, tapi semua berubah sejak dia hadir dalam kehidupanku.
"Gimana kabar km hari ini ?" Sapa seorang teman baikku di kelas.
"Seperti biasa, nggak ada yang berubah" Jawabku datar sambil duduk dibangku sebelahnya.
"Tadi malam km masi memimpikan laki-laki itu ?" Tanya Caca dengan sinis.
"Mm... gitulah" aku menjawab dengan senyum yang dibuat-buat.
"Ayolah Luciana Afdanita, kapan km mau ngelupain laki-laki itu ini udah 2 tahun lebih lo?"
"Ya mau gimana lagi, aku sudah berusaha sebisanya" Jawabku kembali datar.
Beginilah hidupku, tak ada yang istimewa dan tak ada yang special semua berjalan sewajarnya saja. Semua bermula sejak aku masuk universitas 3 tahun lebih yang lalu, aku bertemu seorang teman laki-laki sebaya denganku di tempat yang sama ketika aku sedang melaksanakan ospek, dia juga salah satu mahasisa baru dijurusan yang sama denganku. Awalnya tidak ada yang spesial dari dirinya karna aku hanya menganggapnya sebagai teman seperti halnya temanku yang lain, tapi setelah aku mengenal dirinya lebih dekat aku merasakan kenyamanan dan damai dihatiku saat bersamanya. Karena itulah aku menerimanya sebagai pacarku.
Bukan yang pertama kali buat aku pacaran, dulu selama SMA aku sudah pernah pacaran beberapa kali, tapi ntah kenapa saat aku pacaran dengan dia aku merasa berbeda. Setiap saat dan setiap aku melihatnya aku merasa aku selalu jatuh cinta padanya, aku tak bisa memungkiri bahwa setiap aku bertemu dengannya senyum selalu menghiasi bibirku walaupun kami lagi bertengkar, dan setiap aku menemukan hal yang baru tentang dirinya ( hal baik ataupun hal buruk ) membuat aku semakin menyayanginya dan tak ada satu alasanpun buatku untuk meninggalkan dirinya. Mungkin dialah cinta pertamaku.
"Ci udah denger kabar nggak ??" Tiba-tiba caca datang menghampiriku yang lagi sibuk membaca di perpustakaan.
"Kabar apa ?" aku bertanya tanpa melepas pandanganku dari buku yang dari tadi aku baca.
"Itu looo, si ituuu"
"Siapa sih ca, klo nggak penting nggak usah dibahas deh, ak lagi belajar nie" aku langsung memotong pembicaraan caca yang dari tadi hanya bertele-tele.
"Duuh km sensi banget sih sekarang ci" jawab caca sambil memperlihatkan expresi manyunnya yang cukup membuatku tersenyum. Dan pada akhirnya caca memelukku dan membisikan ketelingaku "Hari ini Jovy pulang lo" dan akupun termenung.
Aku tak bisa memungkiri kalau aku begitu senang mendengar kabar bahwasanya Jovy akan kembali ke indonesia, ntah sudah berapa banyak rasa rindu yang aku simpan untuknya. Tapi kabar ini juga membuat hatiku gusar, karna sampai detik ini perasaanku padanya sama sekali tidak berubah, bahkan untuk menganggapnya sebagai teman biasa diriku tidak bisa. Jadi setelah jovy kembali aku hanya bisa memandangnya dari jauh dan masi bersikap layaknya orang yang tidak pernah saling mengenal.
"Hai ci lagi ngeliatin siapa km ??" tiba-tiba saja caca datang menghampiriku yang sedang melamun dibangku taman.
"Eh.. ca, kapan datang ?" Jawabku ling-lung.
"Walah, orang nanya kok malah balik nanya neng" tegur caca, dan dia langsung memandang lurus ke arah pandanganku tadi "Ooo... Jovy toh, pantesan" dan akhirnya caca menggodaku.
"huh.. biasa aja ca" Jawabku datar dan langsung mulai membaca buku yang ada ditangan.
"Apanya yang biasa ci ? jelas-jelas km masi punya perasaan sama tu cowok. kenapa pas dia minta putus km nggak nolak aja seh ci ?"
"Ak cuma mau menghargai keputusannya ca, toh dia pasti punya pertimbangan-pertimbangannya sendiri"
"Trus kapan km mau menghargai perasaan km sendiri ci ?? Liat aku !!" Tiba-tiba caca mengarahkan pandanganku padanya dengan tangannya "Kamu masi sayang banget kan sama jovy ? jawab !!"
"Nggak ca, itu semua udah jadi masa lalu" aku melepaskan tangan caca. "mungkin masa depanku bukan bersama dia" dan akupun kembali membaca buku.
"Tapi masa lalu bisa jadi masa depan lo ca" Aku tidak mengomentari perkataan caca "Tapi itu terserah km lah ca. Menurut ak, klo km mau lebih sedikit berusaha pasti km bisa mendapatkan first love km lagi" Caca langsung berlalu pergi meninggalakanku sendiri dibangku taman.
Sore ini aku pulang telambat karna harus mengerjakan tugas diperpustakaan, sedangkan caca lebih memilih untuk membeli buku dan mengerjakannya dirumah, ternyata nasipku sore ini jelek, ketika aku akan pulang tiba-tiba saja hari hujan sedangkan aku lupa membawa payung, jadi aku berteduh di halte bis sembari menunggu angkot menuju kosanku. Tidak banyak orang disana, hanya aku dan seorang ibu-ibu penjual goreng, tapi tiba-tiba sebuah motor berhenti dan pengendaranya berteduh di halte yang sama. Astaga jantungku berdebar kencang, ternyata laki-laki itu adalah jovy, aku tau setelah dia membuka helmnya, dan dia tanpa sengaja berdiri tak jauh disebelahku.
Hening suasana disini, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. sesekali aku melihatnya tapi aku langsung memalingkan wajahku ketika dia mulai melihatku, dan pada akhirnya aku tertunduk lesu.
"Bagaimana kabar km ??" Akhirnya aku meberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Eh iya kabar ak baik kok, kamu sendiri ?" Aku bisa melihat kalau jovy terkejut dan sempat salah tingkah.
"Baik juga" Jawabku singkat.
Setelah itu suasan disana kembali hening, yang terdengar hanyalah rintikan hujan yang mulai membasahi tubuhku karna angin yang berhembus kencang.
"Kamu kedinginan ?" jovy bertanya dan menatapku dengan tatapannya yang membuat hatiku meleleh.
"Mmm.... nggak, aku nggak apa-apa kok" Aku salah tingkah dan langsung mebersihkan percikan-percikan air yang membasahi bajuku. Tiba-tiba saja dia langsung mengambil kedua tanganku dan memberikan hawa panas dari mulutnya sembari menggosok-gosok tanganku, aku termenung dan semua kenangan bahagia kami mulai membayang-banyangin kepalaku.
"Kamu nggak pernah berubah ya, selalu aja bohongin diri sendiri" perkataan jovy membuat lamunanku buyar.
"kamu juga nggak banyak berubah" aku menarik kembali tanganku yang tadinya ada digenggaman jovy.
"iyah aku nggak pernah berubah, begitu juga perasaanku ke kamu ci" Jovy menatapku dan sekali lagi aku termenung setelah mendengar pengakuan jovy "tapi sepertinya perasaanku sia-sia, km sudah tidak memiliki perasaan yang sama denganku" Kepala jovy tertunduk dan dia membalikan badannya dan melangkah menjauh dariku.
"Aku juga masi sayang sama kamu" kata-kataku menghentikan langkah jovy, dan aku memeluknya dari belakang "km jangan pergi lagi ya"
"Aku nggak akan pernah pergi lagi sayang" Dia membalikan badannya dan membalas pelukanku.