Satu
minggu telah berlalu dengan kehadiran siswi baru itu, tapi sampai sekarang aku
belum pernah berkenalan dengannya (setidaknya secara resmi), fakta bahwa dia
kini adalah teman sebangkuku sangat membuat hari-hariku merasa risih. Dia
selalu tersenyum dan tertawa, membicarakan hal-hal yang membuat orang berkumpul
disekelilingnya bak artis terkenal yang sedang masuk kampung, dengan kata lain
lokasi tempat dudukku yang dulu biasanya menjadi tempat paling sepi, kini telah
menjadi tempat paling disukai orang-orang dikelaskku.
Seperti
biasa, ketika aku muak dengan keadaan kelas yang begitu rusuh, terutama dengan
kehadiran siswi baru itu, aku lebih memilih untuk duduk diperpustakaan dimana tempat favoritku
adalah di samping jendela kecil yang langsung berhadapan dengan lapangan tenis
yang ada disamping sekolahku. Tempat favorit ? Iyah benar, aku memilih tempat
itu bukan tanpa alasan. Nicky, ketua club tenis disekolahku adalah satu-satunya
alasanku memilih tempat itu, dari sana aku dapat melihat dengan jelas seorang
laki-laki yang sangat aku kagumi. Nicky merupakan cowok populer disekolahku,
selain tampan dia juga pintar dan disegani oleh banyak guru. Mungkin ini yang
namanya bukan takdir, aku mengaguminya, tapi ternyata kami bukan teman sekelas,
status sosial kami juga beda, dan yang lebih memngerikannya lagi, kepribadian
kami sangatlah berbeda.
***
Aku
lelah tersenyum dan menjadi orang lain, aku lelah berada disini. Waktu aku
menerima tawaran kedua orang tuaku, aku membayangkan akan hidup tenang dan
menjadi siswi yang biasa-biasa saja. Tapi ternyara prawakanku yang indojerman
membuat aku tetap menjadi pusat perhatian banyak orang. Mungkin satu-satunya
tempat aku bisa bernafas disekolah ini adalah didalam kamar mandi.
Tok...
Tok... Tok...
"Ezi,
jangan lama-lama didalam, pertandingan tenisnya sebentar lagi dimulai"
teriakan salah seorang temanku dari luar pintu kamar mandi. Dan terbukti, tidak
dimanapun aku bisa bernafas disekolah ini.
Aku
berjalan malas menuju lapangan tenis, tempat dimana para siswi berkumpul untuk
melihat pangeran-pangeran tampan yang sedang bermain tenis, tapi ntah kenapa
itu sudah tidak menarik bagiku untuk diperhatikan.
"Ezi
coba liat deh, nicky itu jago banget ya" komentar teman disebelah kananku.
"Ezi...
Ezi... Kamu liat deh, nicky itu jadi 100% tambah tampan kalau lagi
berkeringat" Ditambah dengan komentar teman disebelah kiriku.
Aku
hanya bisa tersenyum dan mengangguk kepada mereka yang sibuk memberikan
komentar-komentar kepada para pemain tenis. Memang cowok yang mereka panggil
nicky itu jago dan menarik untuk dilihat, tapi ntah kenapa pandanganku
menemukan sesuatu yang menarik selain soal Nicky. Diseberang sana, jendela
kecil paling pojok kanan dilantai 4, aku melihat sesosok cewek yang dengan
uletnya memperhatikan para pemain tenis, dan dari matanya aku dapat melihat
siapa yang jadi target pengamatannya tersebut, sudah pasti idola para gadis di
sekolah ini, Nicky. Hanya saja yang makin membuatku penasaran dan menarik
adalah, gadis itu adalah Ririn, teman sebangkuku.
***
Seperti
biasa hari ini Nicky bermain sangat bagus, kemampuannya dalam bidang tenis
benar-benar tidak dapat diragukan lagi, wajar saja dia menjadi idola disekolah
ini. Bagaimanapun cintaku bertepuk sebelah tangan, apa lagi tidak adanya usaha
dari diriku sendiri, meyakinkanku bahwa untuk mengobrol saja dengan Nicky
sangatlah tidak mungkin. Selain itu tujuanku
masuk sekolah ini tidaklah semata-mata untuk mencari pacar, munkin lebih
baik aku mempertahankan prestasiku dan masuk keperguruan tinggi terbaik, dengan
harapan kelak aku bisa memperbaiki kehidupan ekonomi keluargaku.
Dari
jauh aku terus mengamati Nicky yang tampak lelah setelah pertandingan usai, hal
yang wajar sebagai idola selalu dikerubungi oleh para fansnya, terutama kaum
perempuan. Ternyata pesona Nicky juga melekat pada hati si siswi baru itu,
setelah semuanya selesai siswi baru itu mendekati Nicky, dan terlihat kalai
Nicky sendiri menerima kehadirannya dengan senang hati. Ada kejanggalan dalam
hatiku, ntah kenapa melihat Nicky ngobrol berdua sama Nicky dengan sangat akrab
membuat hatiku terbakar api cemburu, padahal sebelum-sebelumnya aku tidak
pernah cemburu melihat Nicky dekat dengan cewek manapun disekolah ini.
“Ingat
Rin, kamu bukan siapa-siapa, dibandingkan dengan kamu siswi baru itu lebih
pantas berada disisi Nicky” Akupun mencoba mengingatkan diriku sendiri.
***
“hay
Nicky” Sapaku ramah kepada Nicky
“hay
juga, kamu Ezi kan ? siswi yang baru pindah itu ?” Ternyata Nicky menyambutku
dengan sangat ramah
“hahaha
benar sekali, ternyata kecepatan gosip itu lebih cepat dari kecepatan cahaya”
candaku ringan, hingga Nickypun ikut tertawa mendengarnya. “Permainan
benar-benar bagus tadi”
“terima
kasih, tapi aku masi perlu banyak yang diperbaiki dan berlatih kalau ingin ikut
kejuaraan internasional”
“itu
sudah sangat jelas, toh nggak ada yang bisa kita dapatkan kalau nggak berusaha
kan” Nicky hanya tersenyum, dan membereskan barang-barangnya.
“Oh
iya Ezi, kalau nggak salah kamu duduk disamping Ririn kan ? anak yang sangat
pendiam itu” Tiba-tiba Nicky membuka kembali pembicaraan, setelah selesai
membereskan barang-barangnya”