Belakangan ini aku punya hobi baru, tunggu... kayaknya ini hobi lama yang akhirnya sejak menetap di Yogyakarta jadi sering terlaksana yaitu traveling, lebih tepatnya sih aku jadi sering pergi jalan-jalan ke luar negeri. Dari dulu aku itu memang senang banget jalan-jalan, hanya saja aku baru bisa jalan-jalan agak jauh itu sejak aku memutuskan pergi merantau, dan sekarang aku juga sudah melakukan beberapa perjalanan jauh ke negara orang atau keluar negeri namanya. Selama yang aku pahami setelah melakukan perjalanan, ada satu hal yang ingin aku tekankan atau ingin aku sampaikan kepada saudara, teman-teman, dan para pembaca blog pribadiku yang sempat mati suri ini,
"Jangan Biasakan Minta Oleh-oleh"
begitulah, aku benar-benar berharap aku dan kita semua bisa menghilangkan satu budaya, yang menurutku lebih banyak merugikan dan memberatkan untuk orang lain. Mungkin sebagian orang (mudah-mudahan semua berfikiran positif) yang baru baca ini akan berfikir
"Ah.... mentang-mentang dia sering liburan" ...
"Ini orang pasti pelit deh" ...
dan segala hal bisa manusia perbincangkan. Nah dalam postingan kali ini aku ingin memberikan beberapa alasan, yang mungkin ini bisa menjadi bahan buat kita semua berfikir lagi kalau ada orang disekitar kita ingin melakukan perjalanan.
Pic from "https://gaya.tempo.co"
1. Dana yang minimum
Aku masih seorang mahasiswa dan hidupku masih ditanggung oleh orang tua, biaya bulanan yang dikirim oleh orang tuaku hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari, walaupun bisa menabung, akan butuh waktu yang sangat lama bagiku mengumpulkan dana untuk melakukan perjalanan, dan pada akhirnya aku memilih untuk mencari partime. Aku tidak akan membahas hari-hari yang aku lalui sembari kuliah, mengerjakan tumpukan tugas sekaligus bekerja, karna aku yakin sebagian yang membaca pasti sudah paham maksudku, kalau tidak semua orang yang pergi melakukan perjalanan baik dalam negeri maupun luar negeri memiliki dana yang melimpah. Jujur saja setiap melakukan perjalanan aku hanya menyiapkan dana minimal yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupku disana, tidak banyak belanja bahkan jajan, bayangkan kalau ada teman yang berkata " Ti jangan lupa oleh-oleh ya ?" itu akan menjadi beban dalam perjalananku, selama perjalanan akan terus terpikir dalam benakku "beli oleh-oleh apa ya ?", "klo aku beli ini dia suka ngak ya ?', "aku belikan dia, temanku yang lain gmn ?", "kira-kira uangku masih cukup ngak ya ?" dan segala hal yang bisa membuat aku gusar dan membuat perjalananku tidak seindah yang aku rencanakan. Nah itu cuma salah satu pengalamanku, dan masih banyak pengalaman orang lain yang sangat berjuang untuk mendapatkan perjalanan/liburannya.
2. Waktu yang terbatas
Beberapa bulan yang lalu aku melakukan perjalanan bersama temanku yang saat ini sudah bekerja, sebagai seorang mahasiswa masalah waktu mungkin bisa dibilang lebih flekxibel, tapi itu tidak berlaku untuk temanku, dia harus mengajukan cuti dari jauh-jauh hari, dan menyesuaikan jadwal liburnya dengan rekan kerja lainya. Waktu libur/cuti untuk seseorang yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan karir yang bagus merupakan hal berharga yang mereka punya, bayangkan bila saat mereka melakukan perjalanan/berlibur dibebani dengan perkatakan "Jangan lupa oleh-oleh ya" dan sejenisnya. Mungkin ini bukan soal uang atau dana yang minim, tapi ini soal waktu yang tak akan bisa digantikan oleh apapun, jangankan untuk mencari oleh-oleh, waktu yang digunakan untuk perjalanan itu saja terasa kurang, masih banyak tempat yang ingin dikunjungi dan masih banyak hal yang ingin dilakukan.
3. Over Luggage
Sekarang lagi heboh karna salah satu maskapai yang terkenal murah memberi aturan baru bahwa tidak ada lagi bagasi gratis, nah yang namanya oleh-oleh mau besar/kecil sekalipun pasti membutuhkan ruang lebih untuk membawanya, walaupun pada akhirnya oleh-oleh itu akan dicari dan dibeli juga, kalau nanti jumlah barang yang dibawa pulang bisa melebihi kapasitas bagasi yang mereka miliki itu akan menambah biaya dan beban pada akhirnya, siapa yang paling dirugikan ?.
Pic from http://airlinesalert.com
4. Jasa Titip
Selain oleh-oleh sekarang juga lagi zamannya jastip, seseoramg yang minta dibelikan barang tertentu di suatu daerah dengan resiko ikut bertanggung jawab atas hal-hal yang akan terjadi, seperti bea cukai atau pun juga masalah bagasi. Aku pribadi berpendapat, selama orang yang mau melakukan perjalanan itu mau atau memang membuka jasa untuk jastip "it's fine", itu tergantung orangnya masing-masing, tapi kalau orang yang akan pergi itu menolak, lebih baik jangan memaksanya. Setiap orang itu berbeda, aku pribadi lebih suka menikmati liburan/perjalananku dari pada harus repot dan bingung mencari barang-barang titipan orang lain, apa lagi kalau seseorang yang nitip sudah bayar dimuka dan menuntut untuk harus membelikan barang tersebut. Bagiku perjalanan ya hanya sekedar perjalanan, kalau pun ada saat akan berbelanja itu mungkin hanya salah satu kesenangan perjalanan tersebut, aku tak suka perjalanan penuh beban, mungkin kalau sudah untuk kesekian kalinya aku pergi kedaerah yang sama, aku bisa betul-betul membuka jasa titip, tapi itu tidak akan terjadi dalam perjalanan pertamaku.
Setiap orang pasti ingin menikmati perjalananya dan selalu ada pengorbanan dibalik perjalanan yang telah mereka impikan, toh kalau perjalanannya happy tanpa dimintapun bisa saja nanti kita dibawakan oleh-oleh, dan kita sebagai orang terdekat akan lebih baik mendo'akan saja agar perjalanannya sukses dan kembali dengan selamat.