Hari pertamaku duduk di bangku kelas XI di mulai hari ini. aku begitu senang dan juga begitu gelisah, bagaimana tidak, selama 2 bulan kami berdiam diri tidak saling berkomunikasi dan juga tidak saling menyapa dan semua itu mudah aku lakukan, karna kami ada dalam masa liburan semester yang panjang. Sehungga aku tak harus selalu menjaga perasaanku ketika bertemu dia.
Pagi ini aku berjalan santai kekelasku, awalnya aku berjalan hati-hati karna takut bertemu dengan dia, soalnya kelasku terletak disebelah kelasnya jadi aku harus melewati kelasnya terlebih dahulu. Untung dia belum datang jadi aku kembali santai melangkah kekelasku. Belpun berbunyi, itu menandakan bahwa upacara pertama di semester inipun dimulai, aku berjalan dari kelas menuju lapangan bersama teman-temanku. Aku melupakan keberadaannya, dan dalam seketika dia berada didepanku sambil menatapku, aku terpaku didepannya dan yang membuat aku semakin sulit, teman-temanku meninggalkan aku yang sedang terpaku dengan kehadiran dia yang begitu mendadak.
Dia adalah frans, yang masi mengisi hatiku, dia yang telah menjadi penguasa hatiku untuk yang pertama kali, tapi dia juga yang membuat hatiku hancur berkeping-keping untuk pertama kalinya. Kami berpacaran selama 2.5 bulan, walau cuma sebentar dia telah memberiku hari-hari terindah yang pernah ada, dia mengajarkan aku bahwa perbedaan tidak akan menghalangin perasaan seseorang, karna aku dan dia memiliki beda keyakinan.
Aku hanya diam didepannya, aku melihat kebawah untuk mengalihkan pandanganku darinya, tak ada yang ingin aku katakan padannya, tapi aku masi berharap kalau dia akan meminta maaf dan berkata "bisakah semuanya diperbaiki ?". Tiba-tiba saja seorang teman baikku menarik tanganku dan mengajaku menjauhinya, aku berjalan menuju lapangan tanpa melihat kebelakang, tapi aku tidak berharap dia akan mengikutiku dan memanggilku kembalin.
Hari itu adalah hari terakhir aku bersikap canggung seperti itu didepan frans, setelah hari itu aku selalu melengah atau malah memalingkan mukaku darinya, aku mencoba menjauhkan diriku darinya dan itu aku lakukan hampir selama satu tahun lebih. Walau bagaimanapun selama itu aku tidak pernah berhenti memikirkannya dan pura-pura tidak peduli padanya, hanya saja dengan bersikap seperti itu hatiku menjadi sangat dingin kepada orang lain. Padahal selama itu aku sudah pacaran sampai 2 kali, mereka begitu menyayangiku, tapi dingin hatiku membuat aku menyakiti mereka.
Waktu terus berlalu, dan kini aku sudah kelas XII dan hampir melewati semester 5. Hubunganku dengan Frans membaik, kami sudah mulai saling tersenyum ketika saling bertemu, sampai akhinya kami seperti memulai menjalin hubungan lagi. Teman-temanku menyangka kalau kami balikan, padahal aku nggak ada pernah berniat untuk kembali padanya, hanya saja hari-hariku kembali berwarna setelah kehadiran dia.
Hal yang aku cemaskan terjadi, frans mengajaku untuk memulai kembali hubungan kami yang dulu pernah dia hancurkan, waku itu aku benar-benar bimbang (atau bahasa gaulnya sekarang GALAU). Disisi lain kami berbeda keyakinan, aku sudah pernah dipanggil ke ruang BK karna guruku sangat cemas dengan hubungan special kami dan aku juga pernah di panggil oleh sseorang guru bahasa inggris saat hari terakhir ujian, awalnya aku kira aku ketaunan melihat kunci saat ujian makanya mau di marahi, ternyata guruku yang terkenal galak itu malah menasehatiku tentang hubunganku dengan frans. Akhirnya aku memutuskan untuk menolaknya, dan tetap menjadi teman dengannya. tapi semua tidak berakhir sampai disitu. Setelah beberapa bulan berlalu dia kembali memintaku untuk bersamanya, aku tetap pada pendirianku, hanya saja aku mengaku padanya kalau aku tidak bisa bila dia tidak ada disisiku.
Kini aku dan dia sudah menjadi mahasiswa dan mahasiswi di universitas yang berbeda. akupun sudah menemukan cinta baru, cinta yang bisa menggantikan cintaku pada frans. Tapi cintaku yang kedua ini berakhir sama seperti halnya hubunganku dan frans. Awalnya aku berfikir , aku akan kembali bersama frans seperti sebelum-sebelumnya, tapi ternyata tidak. Kini frans menjadi sahabat terdekatku, aku membagi suka-dukaku bersamanya selayaknya seorang sahabat lama. Kini dia membantuku untuk bangkit dari terkepuruku, bukan sebagai kekasih lama, tapi seorang sahabat, persahabatan yang tak pernah pupus.
"Kini kau boleh datang padaku di saat kau sedih maupun senang, aku akan membuka mata dan telingaku untuk sekalu membantumu, aku tidak akan memintamu untuk kembali kesisiku, karena kau sekarang sudah disisiku selamanya sebagai seorang sahabat"